BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan Pengajaran
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat
menjelaskan
1. Hakikat Mikro
Teaching atau Pengajaran Mikro
2. Karakteristik Mikro
Teaching atau Pengajaran Mikro
3. Dasar Pemikiran
Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
4. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro Terhadap Ilmu Pendidikan
5. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro Terhadap Profesi Guru
6. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro dan Aplikasinya dalam Sistem Pendidikan Gueu
7. Peran Mikro
Teaching atau Pengajaran Mikro dalam Praktek Kependidikan
8. Model Mikro
Teaching atau Pengajaran Mikro
Hakikat Mikro Teaching
Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro
berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro
Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara
menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah
murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan
dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru
secara akurat.
J.Cooper & D.W. Allen ( 1971, h.
I ) mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi
pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama
empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai
sepuluh orang.bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan
diri hanya pada beberapa aspek.pengajaran berlangsung dalam bentuk
sesungguhnya, hanya saja di selenggarakan dalam bentuk mikro. membahas tentang
pengertian pengajaran mikro, sejarahnya, rasional, penggunaan pengajaran mikro
dan efektivitas pengajaran mikro, serta rangkuman penelitian.
Micro teaching atau pengajaran Mikro merupakan
kegiatan yang sangat vital bagi setiap mahasiswa atau calon guru. Untuk memenuhi
tuntutan agar dapat menempatkan kediriannya utuh dan professional di bidang
keguruan. Mereka beranggapan bahwa asal lulus pasti dapat mengajar, karena
sudah belajar dan memiliki banyak teori yang berkaitan dengan cara-cara
mengajar.
Tetapi kenyataan banyak masalah yang
yang timbul saling bertautan satu sama lain, baik segi tempat, waktu praktik
maupun aspek-aspek yang berasal dari diri mahasiswa atau siswa praktikan.
Latihan praktik mengajar yang dilakukan secara langsung dalam real class room,
akan banyak ditemukan permasalahan baru yang tidak mungkin dapat dipecahkan
secara cepat dan tepat pada saat di depan kelas juga.
Calon guru yang melakukan real
class room teaching akan berdampak cukup signifikan memenuhi maksud proses
belajar mengajar. Dengan demikian, calon guru harus langsung di depan kelas
berhadapan dengan 30 siswa atau lebih, untuk menyampaikan pesan atau misi
satuan pelajaran yang padat dan kompleks, maka akan dirasakan sebagai beban
yang berat. Sebab pada hakikatnya ia sendiri baru belajar untuk mengajar.
Dilihat dari aspek historis bahwa Pengajaran mikro
mulai di kembangkan di Universitas Stanford pada tahun 1963, dalam rangka
menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif.Dalam rangka
mengembangkan keterampilan mengajar, perbuatan mengajar yang kompleks itu
dipecapecah menjadi sejumlah keterampilan agar mudah dipelajari. Disamping itu
diteliti pula cara-cara menggunakan metode secara fleksibel dan efektif, dan
disertai pertanyaan-pertanyaan sebagai reinforcement.
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada
satu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap
interaksi belajar mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru,
dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaan. Belajar merupakan usaha yang sangat
kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang
baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang tidak dapat menjadi
petunjuk tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan
mengaplikasikan segala pengetahuan keguruannya. Itulah ,sebabnya seperti telah
ditekankan di muka bahwa dalam melaksanakan interaksiu belajar mengajar perlu
adanya beberapa keterampilan mengajar. Ada tidaknya interaksi adalah merupakan
tanggung jawab guru, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara
untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaan atau
permasalahan kepada siswa. Tetapi satu hal yang lebih penting ialah kemampuan
guru dalam menyediakan kondisi yang memungkinkan terciptanya hal tersebut
memiliki kemampuan untuk :
a. Menghargai siswa sebagai insan pribadi dan insan sosial yang memiliki
hakikat dan harga diri sebagai manusia.
b. Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa.
c. Menumbuhkan gairah dan kegembiraan belajar di kalangan siswa
d. Kesediaan dalam membantu siswa.
e. Aktivitas siswa yang bersifat negatif dalam arti mengganggu berlangsungnya
proses belajar mengajar perlu segera dihentikan. Siswa yang bermain sendiri
atau mengganggu teman yang lain atau berusaha menarik perhatian kelas, penting
untuk mendapatkan perhatian guru. Ucapan yang dapat digunakan misalnya: tenang!
Perhatikan kemari!, jangan ramai!, dan lain sebagainya.
Dasar Pemikiran
a. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu
pemahaman yang mendalam ter-hadap hal-hal yang bersifat filo-sofis, konseptual,
dan skill
b. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek, karena
itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan.
c.Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru
secara utuh dan menyeluruh.
d. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara
otomatis menghadapi berbagai problema yang ada dalam kelas tersebut. Persoalan
administrasi, tempat praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan muncul secara
bersamaan melahirkan situasi baru yang belum pernah ditemui oleh mahasiswa di
meja atau di ruang sekolah sehari-harinya.
Karakteristik Mikro Teaching
Konsep pengajaran mikro dilandasi
oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di
laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik
sebagai berikut :
a. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
b. waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
c. komponen mengajar dikembangkan terbatas
d. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
e. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
f. umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
g. pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang
berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
h. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan
dalam laboratorium mikro teaching
i. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari
keterampilan mengajar.
j. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif
dalam pengajaran.
k. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam
jangka waktu tertentu.
Tujuan Micro Teaching
Tujuan umum Micro Teaching adalah
mempersipkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar
spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan
dan sikap sebagai guru yang profesional
Adapun tujuan khusus Micro Teaching
sebagai berikut :
a. Menganalisis tingkah laku mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri
b. Mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat
c. Mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien
Implikasi Mikro Teaching Terhadap Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian yang di laksanakan oleh para pengarang
tentang pengajaran mikro pada lembaga pendidikan guru di Amerika Serikat
sesungguhnya memberikan input baru terhadap perkembangan ilmu kependidikan dan
keguruan pada umumnya.pengaruh tersebut dapat dapat kita lihat dalam perhatian
para ahli kependidikan ternyata bertambah meningkat dalam usaha menemukan suatu
system yang lebih efisien dan efektif dalam rangka pendidikan guru dan
penerapan teknologi baru dalam teknologi pendidikan.
Pada masa silam masih banyak orang yang mempertanyakan
apakah jabatan guru adalah suatu profesi? Pernyataan ini tentu timbul di
kalangan pihak-pihak yang masih beranggapan bahwa jabatan guru bukan jabatan
professional, atau dengan kata lain bahwa setiap orang mampu menjadi guru.
Pandangan ini sudah lama lewat sejak munculnya para ahli pendidikan yang
mengemukakan, bahwa pekerjaan guru tidak dapat di pegang oleh sembarang orang
tanpa memiliki keahlian dalam bidang kependidikan dan keguruan.
Pendidikan melakukan fungsinya
melalui tiga cara, atau proses pendidikan memiliki tiga dimensi, yakni Dimensi
substantif, tentang apa yang diajarkan; Dimensi tingkah laku, tentang bagaimana
mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar;Dimensi lingkungan, keadaan
lingkungan secara fisik di mana berlangsung pembelalajaran
Mengenai kompetensi guru ini, ada barbagai model cara
mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh
kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru.
Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: menguasai bahan, mengelola program
belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai
landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi
siswa untuk kepentingan pengajaran. Sebelu guru tampil di depan kelas untuk
mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai
bahan-bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan yang dapat mendukung
jalannya proses belajar-mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan
dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Untuk mengajar satu kelas,
guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus
berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan
mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk
pengajaran” dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Mengatur tata
ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendisain dan mengatur ruang kelas
sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kerasan belajar di
ruang itu. Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan
tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam
ruangan kelas. Disamping itu pula, kelas juga harus dalam keadaan bersih.
Berkaitan dengan kemampuan guru, Wijaya dan Rusyan
(1991: 14-20) mengemukakan bahwa kemampuan pribadi guru dalam proses belajar
mengajar, terdiri dari: (a) Kemantapan dan integrasi pribadi, (b) Peka terhadap
perubahan, (c) Adil, jujur dan objektif, (d) Bersikap disiplin dalam
melaksanakan tugas, (e) Ulet dan tekun bekerja, (f) Simpatik, menarik, luwes,
bijaksana, dan sederhana, (g) Bersifat terbuka, (h) Kreatif, (i) Berwibawa.
Sedangkan kemampuan profesional guru dalam proses
belajar mengajar terdiri dari: (a) Mampu menguasai bahan bidang studi; (b)
Mampu mengelola program belajar mengajar; (c) Mampu mengelola kelas; (d) Mampu
mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar; (e) Mampu menilai
prestasi belajar mengajar; (f) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan
program pendidikan; (g) Menguasai metode berpikir; (h) Terampil memberikan
bantuan dan bimbingan kepada siswa; (i) Meningkatkan kemampuan menjalankan misi
profesional; (j) Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan; (k) Mampu
menyelenggarakan penelitian sederhana; (l) Mampu memahami karakteristik siswa;
(m) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah; (n) Memiliki wawasan tentang
inovasi pendidikan; (o) Berani mengambil keputusan; (p) Memahami kurikulum; (q)
Mampu bekerja berencana dan terprogram; dan (r) Mampu menggunakan waktu secara
tepat.
Kemampuan sosial guru dalam proses belajar mengajar
menurut Wijaya dan Rusyan (1991) bahwa guru harus mampu; (a) Terampil
berkomunikasi dengan siswa; (b) Bersikap simpatik baik kepada siswa dan guru;
(c) Dapat bekerja sama dengan BP3; (d) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan
mitra pendidikan.
sejauh manakah kemungkinan penerapan
system pengajaran mikro dalam system pendidikan guru di negara kita ?
pertanyaan inni akan mengundang dua pendapat yang mungkin berbeda atau
bertentangan satu sama lain. Pihak yang berpandangan optimis sudah tentu akan
mengatakan, bahwa sistem mikro perlu segera dilaksanakan dan dikembangkan dalam
program pendidikan guru di negara kiita. Argumentasi yang di gunakan adalah,
mengingat manfaatnya yang dapat diperoleh, efisien dan efektif yang tinggi
dalam rangka mmellatih keterampilan mengajar yang relevan dengan tugasnya. Hal
ini terbukti sudah ada LPTK yang melaksanakannya.
pengajaran mikro di pergunakan dalam
rangka praktek kependidikan, telah di gunakan di LPTK/ Biro Praktek keguruan
bertugas mengelola pelaksanaan praktek keguruan telah menggunakannya untuk
mempersiiapkan dan memperbaiiki penampilan mengajar para mahasiswa peserta yang
memenuhi persyyaratan
Model Pengajaran Mikro
1. Konsep
pengajaran mikro ( Mikro Teaching )
adalah suatu situasi pengajaran yang di laksanakan dalam waktu dan jumlah siswa
yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 mennit dengan jjumlah siswa sebanyak 3
sampai 10 orang ( Cooper dan Allen, 1971, h. I ). Bentuk pengajaran yang
sederhana, di mana calon guru/guru berada dalam suatu lingkungan kelas yang
terbatas dan terkontrol. Guru mengajarrkan hanya satu konsep dengan menggunakan
satu atau dua keterampilan mengajar.
Pertimbangan
yang mendasari penggunaan program pengajaran mikro adalah Untuk mengatasi kekurangan waktu
yang di perlukaan dalam latihan mengajar secara tradisional
Keterampilan mengajar yang kompleks
dapat di perinci menjadi keterampilan-keterampilan mengajar yang khusus dan
dapat di latih secara yang berurutan
Model Latihan Intership
Intership adalah suatu tahap
persiapan professional di mana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studinya
secara formal bekerja di lapangan di bawah supervisi seorang administrator (
practicing administrator ) yang kompeten dan seorang professional school
representative selama jangka waktu ( block of time ) dengan maksud
mengembangkan kompetensi dan melaksanakan tanggung jawab kependidikan ( Davies,
1962, h. 2 ).
Program intership berdasarkan pada yuridis,
Kebijaksanaan Pendidikan,danadministraatif.
Model Pengalaman Lapangan
Model Pengalaman Lapangan
Pengalaman lapangan merupakan salh
satu kegiatan intrakurikuler yang di laksanakan oleh mahasiswa, yang mencakup,
baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara
terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi
kependidikan. Berdasarkan rumusan yang singkat itu, dapat di ungkapkan tiga
pokok pikiran penting, yakni pengalaman lapangan berorientasi pada kompetensi,
terarah pada pembentukan kemampuan-kemampuan profesional siswa calon guru atau
tanaga kependidikan lainnya, dan dilaksanakan, dikelola, dan ditata secara
terbimbing dan terpadu.
Program Pengalaman Lapangan ( PPL )
adalah serangkaian kegiat an yang diprogramkan bagi siswa LPTK, yang meliputi,
baik latihan mengajar maupun latihan di luar mengajar. Kegiatan ini merupakan
ajang untuk membentuk dan membina kompetensi-kompetensi professional yang
dipersyaratkan oleh pekerjaan guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran
yang ingin dicapai adalh pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta pola tingkah laku yang
diperlukan bagi profesinya serta cakap ddan tepat menggunakannya di dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran, baik di seekolah maupun di luar sekolah.
Model Latihan Guru Sistematik
1. Konsep
A Systematic Teacher Training Model
( Cage et al. 1977 ).pokok pikiran yang melandaasi model ini ialah, bahwa
belajar dan mengajar merupakaan fungsi-fungsi manusia yang fundamental, yang
beraneka ragam bentuknya, yang berkembang sepanjang masa. Setiap masa hanya ada
satu cara yang digunakan untuk mellatih guru guna memajukan mengajar dan
belajar yang dianggap sebagai suatu cara yang teerbaik.
2. Program
Sesuai dengan pendekatan sistem yang
mendassari program sistematik dalam konteks pendidikan guru dan proses belajar
mengajar, maka isi program latihan tidak perlu sama. Tiap sekolah dapat
memiliki program yang berbeda-beda sesuai dangan tujuan, kebutuhan sekolah, dan
lembaga pendidikan guru : ( 2003: 1-176)
0 komentar:
Posting Komentar