MICRO TEACHING

Rabu, 09 Januari 2013


BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan Pengajaran
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menjelaskan
1. Hakikat Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
2. Karakteristik Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
3. Dasar Pemikiran Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
4. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro Terhadap Ilmu Pendidikan
5. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro Terhadap Profesi Guru
6. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro dan Aplikasinya dalam Sistem Pendidikan Gueu
7. Peran Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro dalam Praktek Kependidikan
8. Model Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
Hakikat Mikro Teaching
Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat.
J.Cooper & D.W. Allen ( 1971, h. I ) mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang.bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek.pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja di selenggarakan dalam bentuk mikro. membahas tentang pengertian pengajaran mikro, sejarahnya, rasional, penggunaan pengajaran mikro dan efektivitas pengajaran mikro, serta rangkuman penelitian.
Micro teaching atau pengajaran Mikro merupakan kegiatan yang sangat vital bagi setiap mahasiswa atau calon guru. Untuk memenuhi tuntutan agar dapat menempatkan kediriannya utuh dan professional di bidang keguruan. Mereka beranggapan bahwa asal lulus pasti dapat mengajar, karena sudah belajar dan memiliki banyak teori yang berkaitan dengan cara-cara mengajar.
Tetapi kenyataan banyak masalah yang yang timbul saling bertautan satu sama lain, baik segi tempat, waktu praktik maupun aspek-aspek yang berasal dari diri mahasiswa atau siswa praktikan. Latihan praktik mengajar yang dilakukan secara langsung dalam real class room, akan banyak ditemukan permasalahan baru yang tidak mungkin dapat dipecahkan secara cepat dan tepat pada saat di depan kelas juga.
Calon guru yang melakukan real class room teaching akan berdampak cukup signifikan memenuhi maksud proses belajar mengajar. Dengan demikian, calon guru harus langsung di depan kelas berhadapan dengan 30 siswa atau lebih, untuk menyampaikan pesan atau misi satuan pelajaran yang padat dan kompleks, maka akan dirasakan sebagai beban yang berat. Sebab pada hakikatnya ia sendiri baru belajar untuk mengajar.
Dilihat dari aspek historis bahwa Pengajaran mikro mulai di kembangkan di Universitas Stanford pada tahun 1963, dalam rangka menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif.Dalam rangka mengembangkan keterampilan mengajar, perbuatan mengajar yang kompleks itu dipecapecah menjadi sejumlah keterampilan agar mudah dipelajari. Disamping itu diteliti pula cara-cara menggunakan metode secara fleksibel dan efektif, dan disertai pertanyaan-pertanyaan sebagai reinforcement.
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada satu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi belajar mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaan. Belajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang tidak dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan segala pengetahuan keguruannya. Itulah ,sebabnya seperti telah ditekankan di muka bahwa dalam melaksanakan interaksiu belajar mengajar perlu adanya beberapa keterampilan mengajar. Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Tetapi satu hal yang lebih penting ialah kemampuan guru dalam menyediakan kondisi yang memungkinkan terciptanya hal tersebut memiliki kemampuan untuk :
a. Menghargai siswa sebagai insan pribadi dan insan sosial yang memiliki hakikat dan harga diri sebagai manusia.
b. Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
c. Menumbuhkan gairah dan kegembiraan belajar di kalangan siswa
d. Kesediaan dalam membantu siswa.
e. Aktivitas siswa yang bersifat negatif dalam arti mengganggu berlangsungnya proses belajar mengajar perlu segera dihentikan. Siswa yang bermain sendiri atau mengganggu teman yang lain atau berusaha menarik perhatian kelas, penting untuk mendapatkan perhatian guru. Ucapan yang dapat digunakan misalnya: tenang! Perhatikan kemari!, jangan ramai!, dan lain sebagainya.
Dasar Pemikiran
a. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu pemahaman yang mendalam ter-hadap hal-hal yang bersifat filo-sofis, konseptual, dan skill
b. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek, karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan.
c.Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
d. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara otomatis menghadapi berbagai problema yang ada dalam kelas tersebut. Persoalan administrasi, tempat praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan muncul secara bersamaan melahirkan situasi baru yang belum pernah ditemui oleh mahasiswa di meja atau di ruang sekolah sehari-harinya.
Karakteristik Mikro Teaching
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
b. waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
c. komponen mengajar dikembangkan terbatas
d. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
e. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
f. umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
g. pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
h. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan dalam laboratorium mikro teaching
i. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari keterampilan mengajar.
j. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran.
k. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan Micro Teaching
Tujuan umum Micro Teaching adalah mempersipkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional
Adapun tujuan khusus Micro Teaching sebagai berikut :
a. Menganalisis tingkah laku mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri
b. Mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat
c. Mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien
Implikasi Mikro Teaching Terhadap Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian yang di laksanakan oleh para pengarang tentang pengajaran mikro pada lembaga pendidikan guru di Amerika Serikat sesungguhnya memberikan input baru terhadap perkembangan ilmu kependidikan dan keguruan pada umumnya.pengaruh tersebut dapat dapat kita lihat dalam perhatian para ahli kependidikan ternyata bertambah meningkat dalam usaha menemukan suatu system yang lebih efisien dan efektif dalam rangka pendidikan guru dan penerapan teknologi baru dalam teknologi pendidikan.
Implikasi Micro Teaching Terhadap Profesi Kependidikan
Pada masa silam masih banyak orang yang mempertanyakan apakah jabatan guru adalah suatu profesi? Pernyataan ini tentu timbul di kalangan pihak-pihak yang masih beranggapan bahwa jabatan guru bukan jabatan professional, atau dengan kata lain bahwa setiap orang mampu menjadi guru. Pandangan ini sudah lama lewat sejak munculnya para ahli pendidikan yang mengemukakan, bahwa pekerjaan guru tidak dapat di pegang oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian dalam bidang kependidikan dan keguruan.
Pendidikan melakukan fungsinya melalui tiga cara, atau proses pendidikan memiliki tiga dimensi, yakni Dimensi substantif, tentang apa yang diajarkan; Dimensi tingkah laku, tentang bagaimana mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar;Dimensi lingkungan, keadaan lingkungan secara fisik di mana berlangsung pembelalajaran
Mengenai kompetensi guru ini, ada barbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Sebelu guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan-bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan yang dapat mendukung jalannya proses belajar-mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Untuk mengajar satu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran” dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Mengatur tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendisain dan mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kerasan belajar di ruang itu. Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam ruangan kelas. Disamping itu pula, kelas juga harus dalam keadaan bersih.
Berkaitan dengan kemampuan guru, Wijaya dan Rusyan (1991: 14-20) mengemukakan bahwa kemampuan pribadi guru dalam proses belajar mengajar, terdiri dari: (a) Kemantapan dan integrasi pribadi, (b) Peka terhadap perubahan, (c) Adil, jujur dan objektif, (d) Bersikap disiplin dalam melaksanakan tugas, (e) Ulet dan tekun bekerja, (f) Simpatik, menarik, luwes, bijaksana, dan sederhana, (g) Bersifat terbuka, (h) Kreatif, (i) Berwibawa.
Sedangkan kemampuan profesional guru dalam proses belajar mengajar terdiri dari: (a) Mampu menguasai bahan bidang studi; (b) Mampu mengelola program belajar mengajar; (c) Mampu mengelola kelas; (d) Mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar; (e) Mampu menilai prestasi belajar mengajar; (f) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan; (g) Menguasai metode berpikir; (h) Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa; (i) Meningkatkan kemampuan menjalankan misi profesional; (j) Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan; (k) Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana; (l) Mampu memahami karakteristik siswa; (m) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah; (n) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan; (o) Berani mengambil keputusan; (p) Memahami kurikulum; (q) Mampu bekerja berencana dan terprogram; dan (r) Mampu menggunakan waktu secara tepat.
Kemampuan sosial guru dalam proses belajar mengajar menurut Wijaya dan Rusyan (1991) bahwa guru harus mampu; (a) Terampil berkomunikasi dengan siswa; (b) Bersikap simpatik baik kepada siswa dan guru; (c) Dapat bekerja sama dengan BP3; (d) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
Aplikasi dalam Sistem Pendidikan Guru
sejauh manakah kemungkinan penerapan system pengajaran mikro dalam system pendidikan guru di negara kita ? pertanyaan inni akan mengundang dua pendapat yang mungkin berbeda atau bertentangan satu sama lain. Pihak yang berpandangan optimis sudah tentu akan mengatakan, bahwa sistem mikro perlu segera dilaksanakan dan dikembangkan dalam program pendidikan guru di negara kiita. Argumentasi yang di gunakan adalah, mengingat manfaatnya yang dapat diperoleh, efisien dan efektif yang tinggi dalam rangka mmellatih keterampilan mengajar yang relevan dengan tugasnya. Hal ini terbukti sudah ada LPTK yang melaksanakannya.
Peranan Pengajaran Mikro dalam Praktek Kependidikan
pengajaran mikro di pergunakan dalam rangka praktek kependidikan, telah di gunakan di LPTK/ Biro Praktek keguruan bertugas mengelola pelaksanaan praktek keguruan telah menggunakannya untuk mempersiiapkan dan memperbaiiki penampilan mengajar para mahasiswa peserta yang memenuhi persyyaratan
Model Pengajaran Mikro
1. Konsep
pengajaran mikro ( Mikro Teaching ) adalah suatu situasi pengajaran yang di laksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 mennit dengan jjumlah siswa sebanyak 3 sampai 10 orang ( Cooper dan Allen, 1971, h. I ). Bentuk pengajaran yang sederhana, di mana calon guru/guru berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Guru mengajarrkan hanya satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan mengajar.
2. Program
Pertimbangan yang mendasari penggunaan program pengajaran mikro adalah Untuk mengatasi kekurangan waktu yang di perlukaan dalam latihan mengajar secara tradisional
Keterampilan mengajar yang kompleks dapat di perinci menjadi keterampilan-keterampilan mengajar yang khusus dan dapat di latih secara yang berurutan
Model Latihan Intership
1. Konsep
Intership adalah suatu tahap persiapan professional di mana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studinya secara formal bekerja di lapangan di bawah supervisi seorang administrator ( practicing administrator ) yang kompeten dan seorang professional school representative selama jangka waktu ( block of time ) dengan maksud mengembangkan kompetensi dan melaksanakan tanggung jawab kependidikan ( Davies, 1962, h. 2 ).
2. Program
Program intership berdasarkan pada yuridis, Kebijaksanaan Pendidikan,danadministraatif.
Model Pengalaman Lapangan
1. Konsep
Pengalaman lapangan merupakan salh satu kegiatan intrakurikuler yang di laksanakan oleh mahasiswa, yang mencakup, baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi kependidikan. Berdasarkan rumusan yang singkat itu, dapat di ungkapkan tiga pokok pikiran penting, yakni pengalaman lapangan berorientasi pada kompetensi, terarah pada pembentukan kemampuan-kemampuan profesional siswa calon guru atau tanaga kependidikan lainnya, dan dilaksanakan, dikelola, dan ditata secara terbimbing dan terpadu.
2. Proggram
Program Pengalaman Lapangan ( PPL ) adalah serangkaian kegiat an yang diprogramkan bagi siswa LPTK, yang meliputi, baik latihan mengajar maupun latihan di luar mengajar. Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan membina kompetensi-kompetensi professional yang dipersyaratkan oleh pekerjaan guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran yang ingin dicapai adalh pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta pola tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya serta cakap ddan tepat menggunakannya di dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di seekolah maupun di luar sekolah.
Model Latihan Guru Sistematik
1. Konsep
A Systematic Teacher Training Model ( Cage et al. 1977 ).pokok pikiran yang melandaasi model ini ialah, bahwa belajar dan mengajar merupakaan fungsi-fungsi manusia yang fundamental, yang beraneka ragam bentuknya, yang berkembang sepanjang masa. Setiap masa hanya ada satu cara yang digunakan untuk mellatih guru guna memajukan mengajar dan belajar yang dianggap sebagai suatu cara yang teerbaik.
2. Program
Sesuai dengan pendekatan sistem yang mendassari program sistematik dalam konteks pendidikan guru dan proses belajar mengajar, maka isi program latihan tidak perlu sama. Tiap sekolah dapat memiliki program yang berbeda-beda sesuai dangan tujuan, kebutuhan sekolah, dan lembaga pendidikan guru : ( 2003: 1-176)

0 komentar:

Posting Komentar