MULTIPLE INTELLIGENCE

Rabu, 09 Januari 2013


Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:
  1. Kecerdasan linguistik
  2. Kecerdasan logik matematik
  3. Kecerdasan visual dan spasial
  4. Kecerdasan musik
  5. Kecerdasan interpersonal
  6. Kecerdasan intrapersonal
  7. Kecerdasan kinestetik
  8. Kecerdasan naturalis
1. KECERDASAN LINGUISTIK
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. KECERDASAN LOGIK MATEMATIK
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. KECERDASAN VISUAL DAN SPASIAL
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4. KECERDASAN MUSIK 
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap  perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
5. KECERDASAN INTERPERSONAL 
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. KECERDASAN INTRAPERSONAL 
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.
7. KECERDASAN KINESTETIK 
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
8. KECERDASAN NATURALIS 
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.

MICRO TEACHING


BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan Pengajaran
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menjelaskan
1. Hakikat Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
2. Karakteristik Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
3. Dasar Pemikiran Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
4. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro Terhadap Ilmu Pendidikan
5. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro Terhadap Profesi Guru
6. Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro dan Aplikasinya dalam Sistem Pendidikan Gueu
7. Peran Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro dalam Praktek Kependidikan
8. Model Mikro Teaching atau Pengajaran Mikro
Hakikat Mikro Teaching
Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat.
J.Cooper & D.W. Allen ( 1971, h. I ) mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang.bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek.pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja di selenggarakan dalam bentuk mikro. membahas tentang pengertian pengajaran mikro, sejarahnya, rasional, penggunaan pengajaran mikro dan efektivitas pengajaran mikro, serta rangkuman penelitian.
Micro teaching atau pengajaran Mikro merupakan kegiatan yang sangat vital bagi setiap mahasiswa atau calon guru. Untuk memenuhi tuntutan agar dapat menempatkan kediriannya utuh dan professional di bidang keguruan. Mereka beranggapan bahwa asal lulus pasti dapat mengajar, karena sudah belajar dan memiliki banyak teori yang berkaitan dengan cara-cara mengajar.
Tetapi kenyataan banyak masalah yang yang timbul saling bertautan satu sama lain, baik segi tempat, waktu praktik maupun aspek-aspek yang berasal dari diri mahasiswa atau siswa praktikan. Latihan praktik mengajar yang dilakukan secara langsung dalam real class room, akan banyak ditemukan permasalahan baru yang tidak mungkin dapat dipecahkan secara cepat dan tepat pada saat di depan kelas juga.
Calon guru yang melakukan real class room teaching akan berdampak cukup signifikan memenuhi maksud proses belajar mengajar. Dengan demikian, calon guru harus langsung di depan kelas berhadapan dengan 30 siswa atau lebih, untuk menyampaikan pesan atau misi satuan pelajaran yang padat dan kompleks, maka akan dirasakan sebagai beban yang berat. Sebab pada hakikatnya ia sendiri baru belajar untuk mengajar.
Dilihat dari aspek historis bahwa Pengajaran mikro mulai di kembangkan di Universitas Stanford pada tahun 1963, dalam rangka menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif.Dalam rangka mengembangkan keterampilan mengajar, perbuatan mengajar yang kompleks itu dipecapecah menjadi sejumlah keterampilan agar mudah dipelajari. Disamping itu diteliti pula cara-cara menggunakan metode secara fleksibel dan efektif, dan disertai pertanyaan-pertanyaan sebagai reinforcement.
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada satu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi belajar mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaan. Belajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang tidak dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan segala pengetahuan keguruannya. Itulah ,sebabnya seperti telah ditekankan di muka bahwa dalam melaksanakan interaksiu belajar mengajar perlu adanya beberapa keterampilan mengajar. Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Tetapi satu hal yang lebih penting ialah kemampuan guru dalam menyediakan kondisi yang memungkinkan terciptanya hal tersebut memiliki kemampuan untuk :
a. Menghargai siswa sebagai insan pribadi dan insan sosial yang memiliki hakikat dan harga diri sebagai manusia.
b. Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
c. Menumbuhkan gairah dan kegembiraan belajar di kalangan siswa
d. Kesediaan dalam membantu siswa.
e. Aktivitas siswa yang bersifat negatif dalam arti mengganggu berlangsungnya proses belajar mengajar perlu segera dihentikan. Siswa yang bermain sendiri atau mengganggu teman yang lain atau berusaha menarik perhatian kelas, penting untuk mendapatkan perhatian guru. Ucapan yang dapat digunakan misalnya: tenang! Perhatikan kemari!, jangan ramai!, dan lain sebagainya.
Dasar Pemikiran
a. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu pemahaman yang mendalam ter-hadap hal-hal yang bersifat filo-sofis, konseptual, dan skill
b. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek, karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan.
c.Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
d. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara otomatis menghadapi berbagai problema yang ada dalam kelas tersebut. Persoalan administrasi, tempat praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan muncul secara bersamaan melahirkan situasi baru yang belum pernah ditemui oleh mahasiswa di meja atau di ruang sekolah sehari-harinya.
Karakteristik Mikro Teaching
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
b. waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
c. komponen mengajar dikembangkan terbatas
d. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
e. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
f. umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
g. pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
h. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan dalam laboratorium mikro teaching
i. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari keterampilan mengajar.
j. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran.
k. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan Micro Teaching
Tujuan umum Micro Teaching adalah mempersipkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional
Adapun tujuan khusus Micro Teaching sebagai berikut :
a. Menganalisis tingkah laku mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri
b. Mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat
c. Mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien
Implikasi Mikro Teaching Terhadap Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian yang di laksanakan oleh para pengarang tentang pengajaran mikro pada lembaga pendidikan guru di Amerika Serikat sesungguhnya memberikan input baru terhadap perkembangan ilmu kependidikan dan keguruan pada umumnya.pengaruh tersebut dapat dapat kita lihat dalam perhatian para ahli kependidikan ternyata bertambah meningkat dalam usaha menemukan suatu system yang lebih efisien dan efektif dalam rangka pendidikan guru dan penerapan teknologi baru dalam teknologi pendidikan.
Implikasi Micro Teaching Terhadap Profesi Kependidikan
Pada masa silam masih banyak orang yang mempertanyakan apakah jabatan guru adalah suatu profesi? Pernyataan ini tentu timbul di kalangan pihak-pihak yang masih beranggapan bahwa jabatan guru bukan jabatan professional, atau dengan kata lain bahwa setiap orang mampu menjadi guru. Pandangan ini sudah lama lewat sejak munculnya para ahli pendidikan yang mengemukakan, bahwa pekerjaan guru tidak dapat di pegang oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian dalam bidang kependidikan dan keguruan.
Pendidikan melakukan fungsinya melalui tiga cara, atau proses pendidikan memiliki tiga dimensi, yakni Dimensi substantif, tentang apa yang diajarkan; Dimensi tingkah laku, tentang bagaimana mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar;Dimensi lingkungan, keadaan lingkungan secara fisik di mana berlangsung pembelalajaran
Mengenai kompetensi guru ini, ada barbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Sebelu guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan-bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan yang dapat mendukung jalannya proses belajar-mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Untuk mengajar satu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran” dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Mengatur tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendisain dan mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kerasan belajar di ruang itu. Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam ruangan kelas. Disamping itu pula, kelas juga harus dalam keadaan bersih.
Berkaitan dengan kemampuan guru, Wijaya dan Rusyan (1991: 14-20) mengemukakan bahwa kemampuan pribadi guru dalam proses belajar mengajar, terdiri dari: (a) Kemantapan dan integrasi pribadi, (b) Peka terhadap perubahan, (c) Adil, jujur dan objektif, (d) Bersikap disiplin dalam melaksanakan tugas, (e) Ulet dan tekun bekerja, (f) Simpatik, menarik, luwes, bijaksana, dan sederhana, (g) Bersifat terbuka, (h) Kreatif, (i) Berwibawa.
Sedangkan kemampuan profesional guru dalam proses belajar mengajar terdiri dari: (a) Mampu menguasai bahan bidang studi; (b) Mampu mengelola program belajar mengajar; (c) Mampu mengelola kelas; (d) Mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar; (e) Mampu menilai prestasi belajar mengajar; (f) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan; (g) Menguasai metode berpikir; (h) Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa; (i) Meningkatkan kemampuan menjalankan misi profesional; (j) Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan; (k) Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana; (l) Mampu memahami karakteristik siswa; (m) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah; (n) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan; (o) Berani mengambil keputusan; (p) Memahami kurikulum; (q) Mampu bekerja berencana dan terprogram; dan (r) Mampu menggunakan waktu secara tepat.
Kemampuan sosial guru dalam proses belajar mengajar menurut Wijaya dan Rusyan (1991) bahwa guru harus mampu; (a) Terampil berkomunikasi dengan siswa; (b) Bersikap simpatik baik kepada siswa dan guru; (c) Dapat bekerja sama dengan BP3; (d) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
Aplikasi dalam Sistem Pendidikan Guru
sejauh manakah kemungkinan penerapan system pengajaran mikro dalam system pendidikan guru di negara kita ? pertanyaan inni akan mengundang dua pendapat yang mungkin berbeda atau bertentangan satu sama lain. Pihak yang berpandangan optimis sudah tentu akan mengatakan, bahwa sistem mikro perlu segera dilaksanakan dan dikembangkan dalam program pendidikan guru di negara kiita. Argumentasi yang di gunakan adalah, mengingat manfaatnya yang dapat diperoleh, efisien dan efektif yang tinggi dalam rangka mmellatih keterampilan mengajar yang relevan dengan tugasnya. Hal ini terbukti sudah ada LPTK yang melaksanakannya.
Peranan Pengajaran Mikro dalam Praktek Kependidikan
pengajaran mikro di pergunakan dalam rangka praktek kependidikan, telah di gunakan di LPTK/ Biro Praktek keguruan bertugas mengelola pelaksanaan praktek keguruan telah menggunakannya untuk mempersiiapkan dan memperbaiiki penampilan mengajar para mahasiswa peserta yang memenuhi persyyaratan
Model Pengajaran Mikro
1. Konsep
pengajaran mikro ( Mikro Teaching ) adalah suatu situasi pengajaran yang di laksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 mennit dengan jjumlah siswa sebanyak 3 sampai 10 orang ( Cooper dan Allen, 1971, h. I ). Bentuk pengajaran yang sederhana, di mana calon guru/guru berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Guru mengajarrkan hanya satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan mengajar.
2. Program
Pertimbangan yang mendasari penggunaan program pengajaran mikro adalah Untuk mengatasi kekurangan waktu yang di perlukaan dalam latihan mengajar secara tradisional
Keterampilan mengajar yang kompleks dapat di perinci menjadi keterampilan-keterampilan mengajar yang khusus dan dapat di latih secara yang berurutan
Model Latihan Intership
1. Konsep
Intership adalah suatu tahap persiapan professional di mana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studinya secara formal bekerja di lapangan di bawah supervisi seorang administrator ( practicing administrator ) yang kompeten dan seorang professional school representative selama jangka waktu ( block of time ) dengan maksud mengembangkan kompetensi dan melaksanakan tanggung jawab kependidikan ( Davies, 1962, h. 2 ).
2. Program
Program intership berdasarkan pada yuridis, Kebijaksanaan Pendidikan,danadministraatif.
Model Pengalaman Lapangan
1. Konsep
Pengalaman lapangan merupakan salh satu kegiatan intrakurikuler yang di laksanakan oleh mahasiswa, yang mencakup, baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi kependidikan. Berdasarkan rumusan yang singkat itu, dapat di ungkapkan tiga pokok pikiran penting, yakni pengalaman lapangan berorientasi pada kompetensi, terarah pada pembentukan kemampuan-kemampuan profesional siswa calon guru atau tanaga kependidikan lainnya, dan dilaksanakan, dikelola, dan ditata secara terbimbing dan terpadu.
2. Proggram
Program Pengalaman Lapangan ( PPL ) adalah serangkaian kegiat an yang diprogramkan bagi siswa LPTK, yang meliputi, baik latihan mengajar maupun latihan di luar mengajar. Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan membina kompetensi-kompetensi professional yang dipersyaratkan oleh pekerjaan guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran yang ingin dicapai adalh pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta pola tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya serta cakap ddan tepat menggunakannya di dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di seekolah maupun di luar sekolah.
Model Latihan Guru Sistematik
1. Konsep
A Systematic Teacher Training Model ( Cage et al. 1977 ).pokok pikiran yang melandaasi model ini ialah, bahwa belajar dan mengajar merupakaan fungsi-fungsi manusia yang fundamental, yang beraneka ragam bentuknya, yang berkembang sepanjang masa. Setiap masa hanya ada satu cara yang digunakan untuk mellatih guru guna memajukan mengajar dan belajar yang dianggap sebagai suatu cara yang teerbaik.
2. Program
Sesuai dengan pendekatan sistem yang mendassari program sistematik dalam konteks pendidikan guru dan proses belajar mengajar, maka isi program latihan tidak perlu sama. Tiap sekolah dapat memiliki program yang berbeda-beda sesuai dangan tujuan, kebutuhan sekolah, dan lembaga pendidikan guru : ( 2003: 1-176)

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implementasinya dalam Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antarafikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 110.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembalitentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yangdiperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentukoleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasameliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Prosesdibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi,yang diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, iamenguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksidari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogendisusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasikongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis.
Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenalipengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulummenjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antaraberfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
B. Rumusan Makalah
a. Pengertian Kognitif
b. Prinsip dasar teori Piaget
c. Aspek inteligensi
d. Teori Perkembangan Piaget
e. Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
f. Kritik Terhadap Teori Piaget
C. Tujuan Perumusan Masalah, Untuk mengetahui tentang :
a. Pengertian Kognitif
b. Prinsip dasar teori Piaget
c. Aspek inteligensi
d. Teori Perkembangan Piaget
e. Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
f. Kritik Terhadap Teori Piaget
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation)Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system - sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
B. Prinsip Dasar Teori Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembanganjiwa).

Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :
  1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru,tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkanpengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalamantersebut.
2.    Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anakmemperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematanganmembuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secarluas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontakdengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3.    Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisikdapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
4.    Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dariindividu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial danperkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalansecara terpadu dan tersusun baik.
C. Aspek Inteligensi

Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller)
2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif :
    1. seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.
    2. lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembangastruktural.
2. Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3. Fungsi Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi & adaptasi. Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :
a) organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian dari diri mereka.
b) organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaanequilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
D. Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh  maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan :

a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3. Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :
 berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
 Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
 Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial  dan budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
 Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
 Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.
 Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.
 Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
E. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran,adalah :
  1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena ituguru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikiranak
  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi denganlingkungan sebaik-baiknya.
3.    Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.     Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.    Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dandiskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1.    Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar padaproduknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.   Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3.   Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
F. Kritik terhadap Teori Piaget

1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan
bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia
yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru
mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan.
Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia
18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan
tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas
anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini
sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan
DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan
anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih
tua.
3. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
BAB III
PENUTUP / KESIMPULAN
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piagettentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan,pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak , anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya. Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur 2. Isi 3. Fungsi
Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh  maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik.
Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaranadalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing, berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya dan di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Perbandingan kritik terhadap teori PIAGET dan teori lainnya, diantara lain :
No.
Teori PIAGET
Teori lainnya
1.
2.
3.
periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak
terlalu meremehkan kemampuan anak - anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget
Balillargeon dan De Vos (1991)
Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal
Tidak meremehkan kemampuan anak - anak kecil dan tidak menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua