Secara umum teori belajar
dikelompokkan menjadi empat aliran :
1. Teori behavioristik
Secara umum teori behavioristik lebih
menekankan pada kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat
dilihat secara empirik. Tokoh teori behavioristik yang terkenal adalah Abraham
Maslow dan Carl Rojer. Inti dari pikiran Maslow yaitu:
a. individu sebagai keseluruhan
b. tidak relevan apabila pemahaman
manusia melalui penyelidikan hewan
c. manusia pada dasarnya memiliki
pembawaan
d. pada hakekatnya manusia memiliki
potensi kreatif
e. menekankan kesehatan psikologi manusia
Sedangkan pokok pikiran pada Carl Roger
adalah:
a. pandangan yang sangat optimis bahwa
manusia memiliki potensi untuk berkembang
b. penciptaan model terapi yang terpusat
pada klien dalam menghadapi masalah yang dialami manusia
Proses pembelajaran menurut teori
behavioristik adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses
pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa.
Stimulus yang diberikan oleh guru dapat dengan beberapa macam bentuk seperti
alat peraga, daftar perkalian, atau cara lain untuk membantu belajar siswa.
Sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan dari siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
2. Teori kognitif
Teori kognitif lebih menekankan pada
bagaimana proses atau upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
rasional yang dimiliki oleh orang lain. Pada teori ini, lebih ditekankan
tentang aspek kemampuan individu untuk merespon stimulus yang datang pada
dirinya.
Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Tokoh teori kognitif yang terkenal adalah
J. Piaget dan Jerome S. Brunner. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
seseorang adalah suatu proses yang bersifat genetik. Artinya proses belajar itu
didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Oleh karena itu,
makin bertambahnya umur seseorang akan mengakibatkan kompleksnya susunan
sel-sel syaraf dan juga semakin meningkatnya kemampuan dalam bidang kualitas
intelektual.
Sedangkan menurut Bruner, perkembangan
kognitif seseorang dapat dilakukan dengan cara gaya mengajar yang dilakukan
dengan menggunakan cara kerja dari yang sederhana ke arah yang lebih rumit atau
luas. Bruner juga mengemukakan bahwa pembelajaran itu dipengaruhi oleh dinamika
perkembangan realitas yang ada di sekitar siswa. Artinya proses pembelajaran
akan efektif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatun konsep, teori, pemahaman atau aturan melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
3. Teori konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme, belajar
adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari
lapangan. Pada teori ini, belajar bukan proses teknologisasi bagi siswa,
melainkan proses untuk membangun penghayatan terrhadap suatu materi yang
disampaikan. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi yang
bersifat normatif tetapi juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.
Peran guru dalam pembelajaran adalah
sebagai fasilitator atau moderator, hanya berperan untuk memberdayakan seluruh
potensi siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran. Artinya guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar. Proses pembelajaran seperti ini akan
membuat siswa cenderung pasif, statis, dan tidak memiliki kepekaan dlam
memahami persoalan. Pada teori ini, siswa harus berperan aktif, kreatif dan
kritis. Sehingga sebelum menyampaikan materi guru harus mengetahui kemampuan
awal siswa, jangan sampai siswa belajar berawal dari pemahaman yang kosong.
Siswa dipahami sebagai pribadi yang memiliki kebebasan untuk membangun ide atau
gagasan tanpa harus diintervensi oleh siapa pun, siswa diposisikan manusia
dewasa yang sudah memiliki modal awal pengetahuan.
4. Teori humanisme
Teori menjelaskan bahwa proses belajar
harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Oleh sebab
itu, teori ini lebih menekankan pada bagaimana memahami persoalan manusia dari
berbagai dimensi yang dimiliki (kognitif, afektif, psikomotorik).
Teori humanisme berpendapat bahwa teori
belajar apapun, sarana dan prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia
dengan indikasi kemapuan aktualisasi diri, kualitas pemahaman diri, serta
kemampuan merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata.
Dalam teori ini tidak serta merta mampu
menciptakan peserta didik menjadi sosok yang ideal, tetapi masih perlu didukung
dengan berbagai hal, baik yang bersifat perangkat keras dan perangkat lunak,
baik yang bersifat sumber daya manusia, maupun sumber daya material.
Konsekuensinya dalam pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan kondisi
yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk beraktualisasi, kebebasan
untuk berpikir alternatif, dan kebebasan untuk menemukan konsep dan prinsip.
0 komentar:
Posting Komentar